Selasa, 30 Juni 2009

DI SUATU JENDELA RUMAH SAKIT


Dua orang pria keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat disebuah kamar Rumah sakit. Seorang diantaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk ditempat tidur selama 1 jam disetiap sore.untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya, kebetulan tempat tidurnya berada tepat disisi jendela satu2nya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus disebelah tempat tidur pria itu

Setiap hari mereka selalu saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah,pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.

Setiap sore ketika pria yang tempat tidurnya berada didekat jendela diperbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat diluar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah pria kedua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warni indah yang ada diluar sana.

Diluar jendela tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang cantik. Sedangkan anak2 bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan ditengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. jauh diatas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah.

Pria pertama itu menceritakan keadaan diluar jendela dengan detil sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pada pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya dirumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat dan percaya dirinya bertambah.

Keesokan harinya diwaktu sore, pria yang duduk didekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang kedua tidak dapat mendengar suatu periode itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yg menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah. Begitulah seterusnya dari hari kehari. Dan satu minggu pun berlalu.

Suatu pagi perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring didekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta kepada perawat agar ia bisa dipindahkan ketempat tidur didekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatunya.ketika semua selesai , ia meninggalkan pria tadi seorang diri di dalam kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar itu melalui jendela itu betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya kejendela disamping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya ternyata, jendela itu menghadap kesebuah TEMBOK KOSONG!!!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah dibalik jendela itu. Pria itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.

Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup, kata perawat itu .

THE END DECH...

Senin, 29 Juni 2009

Anda Yakin juara???

SANG JUARA

Suatu ketika ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu karena ini adalah sebuah babak final. Hanya tersedia 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak yang bernama Mark. Mobilx tak istimewa namun ia termasuk anak yang termasuk dalam babak final dibanding semua lawannya, mobil Marklah yang Paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu dengan mobil lainnya.

Mobil itu memang tidak begitu Menarik. Dengan kayu sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya, tapi Mark Bangga dengan itu semua, sebab mobil itu buatan tanganx sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang2. Disetiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil dengan setiap pembalap kecilx. Lintasan itu berbentuk dengan lingkaran 4 jalur terpisah diantarax.

Namun mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit sebelum lomba dimulai. Matanya terpejam dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa..lalu semenit kemudian ia mulai berkata aku siap

Dor, tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilx kuat2.semua mobil itupun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing2..ayo cepat..ayo cepat, maju..maju begitu teriak mereka. Ahha sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan Marklah pemenangx. Semuanya senang, begitu juga Mark, Ia berucap dan berkomat-kamit dalam hati “Terima Kasih”

Saat pembagian piala tiba mark maju kedepan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya” hai Jagoan kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan supaya menang”. Mark kemudian berkata dia sedang tidak berdoa supaya menang.

Ia lalu melanjutkan, sepertinya tidak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain, tetapi aku hanya berdoa pada Tuhan supaya aku tidak menangis jika aku kalah, setelah beberapa saat terdiam terdengarlah gemuruh semua hadirin terdiam dan tepuk tangan

RENUNGAN

Dari cerita diatas alangkah enaknya klo qt belajar dari mark seorang anak kecil, dia tidak bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian, mark tidak memohon tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tidak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya, namun Mark bermohon pada Tuhan agar diberikan kemuliaan dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita . Terlalu sering juga kita memohon kepada Tuhan untuk menjadikan kita Nomer satu, menjadi pemenang, menjadi yang terbaik,menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa kepada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada didepan mata. Padahal bukankah yang kita butuhkan adalah bimbingan dan tuntunan dan panduan-Nya. Kita sering terlalu lemah untuk percaaya bahwa kita kuat,kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini.tidak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin tuhan memberikan kita ujian bukan untuk membuat kita lemah,cengeng, dan mudah menyerah sesungguhnya Tuhan sedang menguji setiap hambanya agar ditingkatkan derajat ketakwaannya.

QUANTUM-IKHLASKU

AKU MEMUTUSKAN UNTUK SELALU MEMILIKI KEKUATAN DAN KEYAKINAN DIRI. KARENA AKU PERCAYA, AKU YAKIN, AKU BERIMAN, BAHWA CAHAYA KEKUATAN TUHAN YG MENCIPTAKAN SELURUH ISI ALAM SEMESTA SELALU MENGALIR DALAM SETIAP KEPUTUSANKU,PIKIRANKU, SERTA TINDAKANKU SEBAB AKU YAKIN BAHWA SEBENARNYA AKU HANYALAH ALAT BAGI TUHAN UNTUK MEWUJUDKAN RENCANA-RENCANANYA

TAK SENILAI SAYAP NYAMUK

Tak Senilai Sayap Nyamuk


dakwatuna.com - “Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakanmu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakanmu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman: 33)

Dunia memang indah. Warna-warni alamnya teramat sulit dilukiskan dengan kata-kata. Hiasan-hiasannya bagaikan magnet yang mampu menarik siapa pun di sekelilingnya. Pesonanya bisa memukau mata manusia mana pun yang menatapnya dengan penuh harap. Mereka pun berkhayal, andai dunia tak pernah berpisah.

Kenikmatan yang berlimpah kadang bisa lebih berbahaya dari musibah terburuk apa pun. Seorang hamba Allah mungkin bisa bertahan dengan siksaan dan penjara. Tapi, belum tentu ia mulus dengan cobaan banyaknya harta. Berbahagialah hamba Allah yang kaya dan senantiasa bersyukur.

Jangan pernah bergeser dari niat yang ikhlas

Ikhlas adalah dasar diterima atau tidaknya sebuah amal. Apalah arti sebuah prestasi jika Allah swt. tidak menganggapnya sebagai sebuah bakti. Mungkin, manusia bisa tertipu dengan hiasan-hiasan amal yang ditampilkan. Tapi, Allah Maha Tahu apa yang tersembunyi di balik hati seorang hamba. Sekecil apa pun.

Keanggunan hiasan dunia kadang membuat hati manusia tertipu, terpedaya. Buat siapa pun, termasuk hamba Allah yang giat beramal. Bahkan, seorang sahabat Rasul sekali pun. Kisah kurang amanahnya pasukan pemanah pimpinan Abu Ubaidah pada Perang Uhud memberikan pelajaran tersendiri. Mereka siap menempuh bahaya seganas apa pun. Tapi, tak sesiap itu ketika menatap lambaian ghanimah. Kenikmatan dunia memperdaya mereka, merontokkan komitmen mereka terhadap perintah Rasul: “Apa pun yang terjadi, kalian harus tetap di bukit ini!”

Tidak heran, jika Allah swt. mengajarkan Thalut untuk menguji kesetiaan pasukannya dengan sungai. Buat kondisi jazirah Arab yang panas, sungai merupakan perwujudan standar dari bentuk kenikmatan dunia: menggiurkan di saat dahaga, menyejukkan di saat panas terik membakar. Kalau pada takaran standar saja mereka rontok, apatah lagi dengan kenikmatan yang lebih besar. Dan peperangan yang akan mereka hadapi bukan sekadar menumbangkan Jalut, tapi mengendalikan diri dari hamparan kenikmatan yang dimiliki Jalut. Mampukah?

Amru bin Ash r.a. di saat menghadapi akhir hayatnya pun menyadari. Betapa ia yang pernah berjuang bersama Rasulullah saw., menghunus pedang untuk membantai musuh-musuh Islam dengan pengorbanan yang tidak kecil, pun akhirnya bisa terpedaya dengan nikmatnya kekuasaan. Sebuah bagian dari kenikmatan dunia yang belum seberapa.

Tidak ada yang mampu mengawasi jati diri seorang hamba kecuali Allah dan dirinya sendiri. Dirinyalah yang tahu, apakah niatnya masih lurus. Atau, sudah bergeser. Dan kelak, ia akan menuai amal yang pernah ia tanam. Bagus atau buruk.

Biasakan untuk senantiasa memberi, bukan sebaliknya

Manusia memang tak bisa lepas dari tarikan dunia. Karena, sebagian dirinya berasal dari unsur tanah yang berarti bagian dari wujud dunia. Ia butuh makan, minum, tempat tinggal, pasangan, keluarga, status sosial, dan sebagainya. Tinggal, bagaimana ia mengelola keakrabannya dengan dunia.

Orang yang akrab dengan sesuatu biasanya akan cinta. Dan cinta menjadikan seseorang sulit dipisahkan dengan yang dicintai. Karena itu, sebelum seseorang terlanjur mencintai dunia, ia harus melatih diri untuk secara rutin berpisah. Biar kecil, tapi rutin.

Di situlah mungkin, di antara hikmah Allah swt. mewajibkan infak buat orang-orang yang beriman. Tak ada keuntungan sedikit pun buat Allah. Karena, tak satu pun benda di alam ini melainkan dari-Nya. Semua manfaat itu akan kembali kepada manusia itu sendiri.

Sekilas, memberi terasa merugikan. Karena, ada bagian kepemilikannya yang dikorbankan buat orang lain. Tapi, justru di situlah seorang yang mudah memberi akan merasakan manfaat. Selain menyeimbangkan keakrabannya dengan dunia, memberi adalah bentuk investasi lain buat kepemilikan yang lebih berharga dari materi yang ia korbankan. Selain balasan dari Allah, ia akan mendapatkan nilai sosial lebih. Harga sosialnya akan semakin mahal, tanpa ia sadari.

Allah swt. berfirman, “Ada pun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS. Al-Lail: 5-7)

Turunan dari memberi begitu banyak. Rasulullah saw. sering menganjurkan kita untuk bersedekah, memberi hadiah, menolong orang yang kesulitan dana, mengurus anak yatim, dan lain-lain. Karena itu, bersikaplah untuk senantiasa siap memberi buat orang lain. Bukan, berharap-harap apa yang mesti orang lain berikan kepada kita.

Jadilah seperti seorang penjual, bukan pembeli

Perbedaan mendasar antara seorang penjual dengan pembeli adalah sikap mental. Seorang penjual punya sikap pelayanan. Dan pembeli punya sikap memilih-milih, tidak merasa perlu. Apa pun yang dituntut pembeli, penjual akan menyesuaikan diri. Bahkan, ia harus siap dicela, dimarahi pembeli, tanpa memperlihatkan reaksi ketidaksukaan. Apalagi perlawanan. Dan, manajemen moderen membenarkan itu.

Begitu pun dalam beramal. Kehidupan seorang hamba Allah di dunia ini tak lain adalah seorang penjual. Dan Allahlah Si Pembeli. Pembeli bisa menentukan kriteria apa saja atas barang yang dibeli. Dan penjual wajib memenuhi, jika dagangannya mau terjual.

Allah swt. berfirman dalam surah At-Taubah ayat 111, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alquran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”

Tak ada satu penjual pun yang santai-santai saja menyambut tawaran harga tinggi dari seorang pembeli. Dan harga apalagi yang lebih tinggi dari surga yang penuh kenikmatan. Dan satu lagi. Tak ada penjual yang sedemikian cintanya dengan dagangannya sehingga ia tak akan pernah menjual. Teramat bodoh seorang penjual yang bersikap, “Biarlah saya tak untung, yang penting barang dagangan yang saya cintai tak terjual!” Saat itu, ia bukan lagi seorang penjual. Tapi, penikmat.

Seorang hamba Allah yang cerdas tak akan terpedaya dengan dunia. Seindah apa pun, ia tampil. Segemerlap apa pun dunia bersolek. Karena dalam pandangan Allah, dunia tak senilai saya nyamuk. Rasulullah saw. bersabda, “Andaikan dunia itu senilai dengan sayap nyamuk di sisi Allah, maka Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walaupun seteguk air dari dunia.” (HR. Tirmidzi)